Peringatan Pemimpin Hizbullah: Perang Israel-Hamas Berpotensi Meluas Menjadi Konflik Regional

by -171 Views

Sabtu, 4 November 2023 – 10:09 WIB

Lebanon – Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, pada Jumat, 3 November 2023, untuk pertama kalinya berpidato di depan publik setelah konflik Israel-Hamas memanas.

Dalam pernyataannya, Nasrallah memperingatkan bahwa perang antara Israel dan Hamas dapat berubah menjadi konflik regional jika serangan terhadap Gaza terus berlanjut. Dia juga menuntut Amerika Serikat (AS) bertanggung jawab atas hal tersebut.

Pemimpin gerakan kuat yang didukung Iran itu memperingatkan bahwa semua opsi terbuka untuk perluasan konflik ke Lebanon. “Amerika sepenuhnya bertanggung jawab atas perang yang sedang berlangsung di Gaza dan rakyatnya, dan Israel hanyalah alat eksekusi,” kata Nasrallah dalam siaran televisi.

Sejak militan Hamas melancarkan serangan mengejutkan pada 7 Oktober 2023, terhadap Israel dari Jalur Gaza, perbatasan selatan Lebanon telah menyaksikan peningkatan saling balas dendam, terutama antara Israel dan Hizbullah, sekutu Hamas, sehingga memicu kekhawatiran akan terjadinya konflik yang lebih luas.

Presiden AS Joe Biden juga telah mengirim dua kelompok kapal induk ke Mediterania timur. Namun, Nasrallah menentang dengan mengatakan kepada Amerika Serikat bahwa armada AS di Mediterania tidak membuat pihaknya takut.

“Kami siap menghadapi armada yang Anda ancam. Anda orang Amerika tahu betul bahwa jika terjadi perang di kawasan, armada anda tidak akan ada gunanya, begitu pula pertempuran udara tidak akan membantu. Kepentingan anda, tentara, dan armada anda akan menjadi pihak pertama yang menanggung akibatnya,” tambahnya.

Di Washington, Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre kembali memperingatkan bahwa Hizbullah tidak boleh mencoba mengambil keuntungan dari konflik yang sedang berlangsung.

“Ini berpotensi menjadi perang yang lebih berdarah antara Israel dan Lebanon dibandingkan tahun 2006,” katanya.

“Amerika Serikat tidak ingin konflik ini meluas hingga ke Lebanon.”

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan Hizbullah bahwa mereka akan membayar harga yang tidak terbayangkan jika salah langkah.

Sebagai informasi, konflik tahun 2006 antara Israel dan Hizbullah menewaskan lebih dari 1.200 orang di Lebanon, sebagian besar warga sipil, dan 160 orang di Israel, sebagian besar tentara.