Kamis, 7 Maret 2024 – 19:51 WIB
Jakarta – Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menanggapi pernyataan Menteri Pertahanan sekaligus calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto tentang kelelahan demokrasi di Indonesia.
Baca Juga :
PDIP Sebut Ganjar Langsung Kena ‘Setrum’ Usai Usulkan Hak Angket Kecurangan Pemilu
JK setuju dengan pernyataan Prabowo. Karena di Indonesia, kampanye memerlukan waktu berbulan-bulan untuk mengunjungi seluruh daerah mulai dari Aceh hingga Papua.
Dia membandingkan kondisi Indonesia dengan Singapura. Menurutnya, kampanye di Singapura hanya memerlukan waktu dua-tiga hari untuk menjangkau seluruh wilayah.
Baca Juga :
AHY Sebut Pembentukan Kabinet Indonesia Emas Dibahas setelah 20 Maret 2024
“Oh, memang. Coba bayangkan, pemilu di mana bagaimana semua calon keliling Indonesia. Saya sendiri pernah mengatakan kepada Perdana Menteri Singapura, ‘Anda ini kampanyenya naik mobil saja ke seluruh dua-tiga hari, ke seluruh Singapura anda sudah kunjungi,” kata JK kepada wartawan di Universitas Indonesia, Depok, Kamis, 7 Maret 2024.
Baca Juga :
JK Minta Masalah Pemilu Diselesaikan Secara Konstitusional, Biar Tak Muncul Parlemen Jalanan
“Kita butuh berbulan-bulan untuk mengunjungi dari Aceh sampai Papua,” ujarnya.
Selain memerlukan waktu panjang, JK menyebut kampanye di Indonesia juga membutuhkan biaya dan energi yang sangat besar. Oleh karena itu, dia mendorong adanya perubahan sistem demokrasi oleh pemerintah di masa depan.
Demokrasi RI melelahkan
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, saat hadir di acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2024 di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa sistem demokrasi di Indonesia sangat melelahkan dan menghabiskan biaya yang besar.
“Biarkan saya memberikan kesaksian, bahwa demokrasi sangat-sangat melelahkan, demokrasi sangat berantakan, demokrasi sangat mahal, dan kita masih belum puas dengan demokrasi kita,” ucap Prabowo dalam pidatonya.
Namun, Prabowo meminta masyarakat Indonesia untuk tidak merasa rendah diri dengan sistem demokrasi saat ini. Hal ini karena pemerintah masih memiliki banyak ruang untuk melakukan perbaikan.
Dia juga menyebut bahwa dengan sistem demokrasi seperti ini, masih banyak masyarakat yang memberikan suara pada pemilu. Dia mengatakan bahwa 80 persen masyarakat Indonesia berpartisipasi memberikan suara pada pemilu.
“Saya pikir Indonesia harus bangga, bahwa ada 80 persen (jumlah pemilih di Indonesia). Itu tidak buruk, mengingat banyak negara-negara demokrasi memiliki persentase pemilih kurang dari 50 persen,” ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Selain memerlukan waktu panjang, JK menyebut kampanye di Indonesia juga memerlukan biaya dan energi yang sangat besar. Oleh karena itu, dia mendorong adanya perubahan sistem demokrasi oleh pemerintah di masa depan.