McDonald’s Menyalahkan Perang di Gaza karena Tidak Mencapai Target Penjualan

by -162 Views

Rabu, 7 Februari 2024 – 07:07 WIB
VIVA Dunia – Waralaba restoran cepat saji McDonald’s menyebut perang Israel di Gaza sebagai salah satu faktor utama penyebab mereka gagal mencapai target penjualan kuartal pertama mereka dalam hampir empat tahun.

CEO McDonald’s, Chris Kempczinski mengatakan bahwa perang yang masih berlangsung telah memberikan dampak yang “mengecewakan” terhadap penjualan di negara-negara Timur Tengah dan negara-negara mayoritas Muslim seperti Indonesia dan Malaysia.

“Pertumbuhan penjualan divisi rantai makanan cepat saji itu untuk Timur Tengah, China, dan India selama Oktober-Desember hanya mencapai 0,7 persen, jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 5,5 persen. Kemerosotan ini terjadi setelah masyarakat di negara-negara Muslim menyerukan boikot terhadap McDonald’s sebagai tanggapan terhadap waralaba McDonald’s Israel yang menyumbangkan ribuan makanan gratis kepada militer Israel,” jelasnya.

Menyusul pengumuman McDonald’s Israel, pemegang waralaba di Arab Saudi, Oman, Kuwait, Uni Emirat Arab, Yordania, Mesir, Bahrain, dan Turki menjauhkan diri dari donasi tersebut dan secara kolektif menjanjikan bantuan jutaan dolar kepada warga Palestina di Gaza.

Meskipun McDonald’s yang berbasis di Chicago dikenal sebagai salah satu merek paling ikonik di AS, sebagian besar restorannya di seluruh dunia dimiliki dan dioperasikan secara lokal. Kempczinski mengatakan bulan lalu bahwa perang dan “misinformasi terkait” mempunyai dampak “besar” terhadap bisnis di wilayah tersebut.

McDonald’s adalah salah satu dari sejumlah merek Barat yang terkena boikot karena dianggap mendukung Israel. Pekan lalu, jaringan toko kopi Starbucks memangkas perkiraan penjualan tahunannya karena kemerosotan bisnis di Timur Tengah.

Meskipun kondisinya lesu di negara-negara Muslim, McDonald’s membukukan hasil yang relatif kuat secara keseluruhan, dengan penjualan global tumbuh 3,4 persen, dibandingkan dengan 8,8 persen pada kuartal sebelumnya.

“Kami tetap yakin dengan ketahanan bisnis kami di tengah tantangan makro yang akan terus berlanjut pada tahun 2024,” tutup Kempczinski.