Senin, 18 Desember 2023 – 09:26 WIB
Gaza – Seorang staf Prancis yang bekerja di kementerian luar negerinya di Gaza tewas setelah serangan udara Israel menghantam bangunan tempat tinggal di kota Rafah di Jalur Gaza selatan.
Serangan tersebut, yang menewaskan 10 orang lainnya yang berlindung di gedung itu, terjadi pada Rabu lalu, 13 Desember 2023, dan mendapat reaksi keras dari Kemlu Prancis.
“Prancis mengutuk pemboman terhadap sebuah bangunan tempat tinggal yang menyebabkan kematian banyak warga sipil lainnya. Kami menuntut agar pemerintah Israel memberikan penjelasan mengenai kejadian pemboman ini, secepat mungkin,” kata kementerian luar negeri Prancis dalam pernyataannya, dikutip dari The New Arab, Senin, 18 Desember 2023.
Menurut kementerian, karyawan tersebut telah bekerja untuk Prancis sejak tahun 2002, dan beberapa anggota keluarganya telah dievakuasi dari Gaza.
Pengumuman kematiannya oleh Kementerian Luar Negeri Prancis terjadi ketika negara itu meningkatkan tekanan diplomatiknya terhadap Israel untuk meminimalkan korban sipil dalam pemboman yang sedang berlangsung di Gaza.
Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna, yang melakukan perjalanan ke Israel pada Minggu, 17 Desember 2023, menyerukan gencatan senjata segera di Gaza dalam pertemuannya dengan Menlu Israel Eli Cohen.
Colonna menambahkan bahwa Prancis sangat prihatin dengan situasi yang sedang berlangsung di Gaza dan menambahkan bahwa terlalu banyak warga sipil yang terbunuh.
Kampanye militer Israel yang sedang berlangsung di Gaza telah menewaskan sedikitnya 18.800 orang, menurut kementerian kesehatan Gaza, dimana 8.000 di antaranya adalah anak-anak. Selain itu, sebanyak 51.000 orang lainnya terluka.
Dalam pertemuannya dengan Cohen, Colonna juga mengutuk serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, di Israel selatan yang menewaskan 1.140 orang, dan 240 tawanan juga disandera.
Komentar dari Perancis muncul setelah negara tersebut mengeluarkan deklarasi bersama dengan beberapa negara Barat termasuk Inggris, Spanyol, dan Kanada, yang mengutuk serangan pemukim ekstremis di Tepi Barat yang diduduki.
“Israel, sebagai kekuatan pendudukan, harus melindungi penduduk sipil Palestina di Tepi Barat,” bunyi pernyataan itu, seiring dengan jumlah korban tewas akibat penggerebekan Israel dan serangan pemukim di Tepi Barat mencapai 297 orang, dengan 3.365 orang luka-luka.