Pemilihan presiden FIA yang akan dilaksanakan di Uzbekistan pada 12 Desember semakin menarik perhatian publik. Dua kandidat yang tengah bersaing, yaitu petahana Mohammed Ben Sulayem dan penantangnya, Tim Mayer, tampaknya akan dihadapkan pada rival baru. Laura Villars, seorang wanita berusia 28 tahun dengan latar belakang Italia-Swiss dari Jenewa, secara mengejutkan menyatakan niatnya untuk mencalonkan diri sebagai presiden FIA.
Dalam sebuah siaran pers, Villars menyampaikan visinya untuk membuat FIA menjadi lebih demokratis, transparan, dan terbuka untuk generasi baru dan wanita di dunia olahraga motor. Ia percaya bahwa keberagaman dan inovasi sangat diperlukan untuk menginspirasi generasi muda global. Meskipun Villars belum secara resmi mendaftar sebagai calon presiden, namun ia memiliki waktu hingga 24 Oktober untuk mengajukan pencalonannya bersama dengan daftar calon presiden lainnya.
Villars memiliki dukungan dari berbagai klub di Eropa namun masih perlu memperkuat timnya untuk kampanye lebih lanjut. Ia juga menekankan pentingnya peran wanita dalam dunia balap motor dan berkomitmen untuk membawa perubahan positif. Meskipun munculnya kandidat baru ini menimbulkan keraguan dari sebagian pihak, Villars yakin bahwa ia memiliki tim yang kompeten dan dedikasi yang kuat untuk mencapai ambisinya.
Dengan berkembangnya pengikutnya di media sosial dan peningkatan popularitasnya setelah pengumuman pencalonan, Villars membuktikan bahwa ia serius dalam persiapannya untuk pemilihan presiden FIA. Meskipun memiliki persaingan yang kuat, Villars tetap optimis dan percaya bahwa programnya yang akan segera diumumkan dapat menarik dukungan yang cukup untuk meraih kemenangan. Meski demikian, kehadiran Villars dalam arena politik FIA telah membawa semangat baru yang dapat merangsang diskusi dan transformasi di dalam organisasi tersebut.