Selama 10 hari terakhir, setidaknya 322 anak tewas dan 609 lainnya terluka di Jalur Gaza setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas gagal. Menurut Dana Anak-anak PBB (UNICEF), kondisi ini menyebabkan kerugian besar bagi anak-anak Gaza. Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, menyatakan bahwa meskipun gencatan senjata memberikan harapan bagi anak-anak Gaza, mereka kembali terperangkap dalam kekerasan yang membahayakan mereka. Sebagian besar anak yang tewas berada di tempat pengungsian, tenda darurat, atau rumah-rumah yang rusak.
Serangan Israel yang memblokir bantuan ke Gaza sejak 2 Maret telah meningkatkan risiko serius bagi warga sipil, terutama satu juta anak-anak di sana. UNICEF memperingatkan bahwa kematian anak yang dapat dicegah kemungkinan akan bertambah dan menyerukan permulaan gencatan senjata serta bantuan barang kemanusiaan dan komersial diizinkan masuk ke Gaza. Selain itu, tentara Israel dilaporkan melakukan operasi udara mendadak yang membunuh lebih dari 1.000 orang sejak 18 Maret, menyebabkan kerusakan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan.
Dalam kurun waktu Oktober 2023 hingga sekarang, lebih dari 50.000 warga Palestina, kebanyakan wanita dan anak-anak, tewas dalam serangan militer Israel di Gaza. Ini menjadi panggilan UNICEF untuk mengakhiri konflik, memastikan penghormatan terhadap hukum internasional, dan mencegah pembunuhan serta penderitaan anak-anak yang terus berlanjut.