Self Esteem and Fast Fashion: Gen Z Phenomenon

by -36 Views

Fashion dalam konteks kapitalisme industri telah menjadi fenomena yang sangat menarik untuk diamati. Seiring dengan perkembangan media informasi dan globalisasi kapitalisme, fashion menjadi lebih dari sekadar kebutuhan dasar, namun juga menjadi alat untuk mengatur stratifikasi sosial dan menciptakan ketimpangan budaya. Fast fashion, yang pada awalnya dianggap sebagai inovasi bisnis yang efisien, kini mulai mendapat kritik karena praktik yang merugikan lingkungan dan buruh. Hal ini kemudian memunculkan gerakan Slow Fashion sebagai alternatif yang lebih berkelanjutan. Generasi Z, yang merupakan pengguna aktif media sosial, sering kali merasa tertekan untuk terus mengikuti tren mode terbaru demi mempertahankan citra diri yang positif. Namun, tekanan ini dapat berdampak negatif pada self esteem dan kesejahteraan mental individu.

Untuk mengatasi dampak negatif fenomena fast fashion, ada beberapa langkah yang dapat diambil. Pertama, individu perlu mempertimbangkan kebutuhan sebenarnya sebelum membeli pakaian baru. Prioritaskan kualitas daripada kuantitas, beli pakaian dengan bahan yang berkualitas dan tahan lama. Selain itu, mendukung gerakan Slow Fashion dan memilih merek yang berkomitmen pada produksi yang etis dan berkelanjutan juga merupakan langkah yang penting. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kultur konsumsi yang lebih bertanggung jawab dan tidak merugikan lingkungan serta manusia. Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, dampak negatif fast fashion pada self esteem dan kesejahteraan mental Generasi Z dapat dikurangi, menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan sadar akan dampak konsumsi.

Source link