Studi Menemukan Solusi Efektif Mengatasi Bahaya Merokok, Bukan Hanya Mengandalkan Faktor Ekonomi dan Sosial

by -110 Views

Jakarta – Peneliti dari Universitas Sahid Jakarta Prof Kholil menyatakan bahwa strategi komunikasi persuasif diperlukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya merokok. Hal ini merupakan langkah untuk mengatasi masalah merokok di Indonesia.

Kholil menyampaikan pendapat ini dalam acara “The 15th Asian Conference on The Social Sciences (ACSS 2024)” yang diselenggarakan oleh International Academic Forum (IAFOR) di Tokyo, Jepang.

“Ia menemukan bahwa faktor demografi, ekonomi, dan budaya tidak langsung mempengaruhi upaya penanggulangan masalah merokok, namun menjadi signifikan setelah melalui strategi komunikasi sebagai media perantara. Oleh karena itu, kunci utama dalam membangun kesadaran terhadap masalah merokok dan upaya pengurangan risikonya adalah melalui strategi komunikasi yang efektif,” kata Kholil dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin.

Menurutnya, aspek kesehatan, kebijakan pemerintah, dan ekonomi memiliki peran penting dalam strategi komunikasi yang bertujuan mengurangi risiko merokok. Strategi ini melibatkan berbagai pihak seperti akademisi, masyarakat umum, pemerintah, pelaku usaha, media, dan organisasi masyarakat untuk menangani masalah merokok tersebut.

“Komitmen dan kebijakan yang tepat dari pemerintah diperlukan untuk menyelesaikan masalah merokok secara tersegmentasi, yakni dengan membedakan strategi untuk non-perokok agar tidak tergoda untuk mulai merokok, perokok aktif yang ingin berhenti merokok, dan perokok aktif yang sulit berhenti,” ujarnya.

Kholil menegaskan bahwa kesuksesan dalam mengatasi masalah merokok bergantung pada pembangunan strategi komunikasi yang efektif, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan memanfaatkan media sosial, teknologi digital, dan kolaborasi dengan tokoh publik untuk menyampaikan pesan yang tepat kepada tiga kelompok sasaran, yaitu non-perokok, perokok yang berhenti, dan perokok yang beralih.

“Untuk membangun strategi komunikasi ini, narasi yang disampaikan harus mencakup faktor kesehatan, budaya, dan ekonomi,” tambahnya.

Ia juga menyebutkan bahwa kesehatan menjadi prioritas utama karena setiap perokok menyadari bahwa merokok dapat berdampak buruk bagi kesehatannya, dan biaya pengobatan akibat merokok sangat mahal.

“Pendekatan pengurangan risiko menjadi bagian penting dalam membantu perokok yang kesulitan berhenti agar beralih ke produk alternatif,” ujar Kholil.

Hifni Alifahmi, peneliti dari Universitas Sahid Jakarta yang turut serta dalam acara tersebut, menyatakan bahwa segmentasi dalam strategi komunikasi berperan penting dalam menentukan narasi yang efektif agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh audiens.

“Usia, latar belakang pendidikan, budaya, dan kondisi ekonomi dari audiens juga mempengaruhi penerimaan pesan. Studi mengenai strategi komunikasi untuk mengatasi masalah merokok diharapkan dapat membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang tepat dan solutif,” ungkap Hifni.