KPU Menyatakan Ketidakakuratan Data Hasil Pemilu Terjadi Di Banyak Partai, Bukan Hanya Satu

by -138 Views

Rabu, 6 Maret 2024 – 15:07 WIB

Jakarta – Anggota KPU RI Idham Holik mengakui ketidakakuratan data sehingga terjadi perbedaan jumlah suara antara Sirekap dan Formulir Model C1-Plano atau catatan hasil penghitungan suara Pemilu 2024 tidak hanya terjadi pada satu partai.

Baca Juga :

PPP Klaim Belum Ingin Pikirkan Oposisi atau Koalisi, Mau Kawal Suara Dulu

Idham menyatakan bahwa ketidakakuratan data tersebut tidak hanya terjadi pada satu partai politik peserta pemilu. “Pada umumnya selama ini ketidakakuratan itu terjadi tidak hanya pada satu partai,” kata Idham di Jakarta, Rabu, 6 Maret 2024.

Baca Juga :

Pembentukan Pansus DPD soal Kecurangan Pemilu Dinilai Inkonstitusional

Penyortiran dan Pelipatan Surat Suara Pilpres Pemilu 2024. (Foto ilustrasi)

Penyortiran dan Pelipatan Surat Suara Pilpres Pemilu 2024. (Foto ilustrasi)

Menurut Idham, pemeriksaan terhadap hasil perolehan suara dalam Sirekap juga tidak hanya dilakukan pada satu partai politik peserta pemilu saja. “Perhatikan di Sirekap sekarang, kalau saya jelaskan begini, begini, kan sebaiknya diverifikasi mandiri saja. Partai lain kena, tidak?” tanya Idham.

Baca Juga :

Nasdem di Paripurna DPR Bungkam soal Hak Angket Kecurangan Pemilu, JK Bilang Begini

Idham menegaskan bahwa Sirekap bukanlah penentu hasil resmi perolehan suara. Hasil resmi tersebut diperoleh dari rekapitulasi berjenjang mulai dari PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, hingga KPU RI.

“Hal tersebut bisa dilihat bagaimana KPU melakukan rekapitulasi perolehan suara luar negeri kemarin yang berlangsung hari Rabu 28 Februari sampai Senin 4 Maret. Kan, dilakukan secara manual,” ucapnya.

Meskipun demikian, Idham mengakui bahwa ia tidak dapat menyebutkan nama-nama partai tersebut karena terkait dengan masalah etika.

Pekerja melipat surat suara pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. (Foto ilustrasi).

Pekerja melipat surat suara pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. (Foto ilustrasi).

Jumlah suara PSI dalam Pemilu 2024 tiba-tiba melonjak drastis saat proses rekapitulasi.

Pada Sabtu, Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie menganggap wajar adanya penambahan suara saat KPU melakukan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilu 2024.

Oleh karena itu, dia mengingatkan kepada semua pihak agar tidak tendensius dalam menyikapi penambahan suara untuk PSI.

“Penambahan termasuk pengurangan suara selama proses rekapitulasi adalah hal wajar. Yang tidak wajar adalah apabila ada pihak-pihak yang mencoba menggiring opini dengan mempertanyakan hal tersebut,” kata Grace Natalie dalam siaran resmi PSI di Jakarta, Sabtu.

Grace menyebutkan berbagai kemungkinan masih dapat terjadi selama KPU masih merekapitulasi suara pemilih dalam Pemilu 2024.

Rekapitulasi sementara menunjukkan bahwa PSI, partai yang saat ini dipimpin oleh putra bungsu Presiden Joko Widodo Kaesang Pangarep, memperoleh 3,13 persen suara dari pemilihan anggota DPR RI per Sabtu (2/3) pukul 12.00 WIB. Dalam periode waktu itu, suara yang terhitung mencapai 65,73 persen.

Dengan demikian, PSI hanya membutuhkan kurang dari 1 persen suara, tepatnya 0,87 persen suara, untuk dapat mencapai ambang batas parlemen (parliamentary threshold) 4 persen. Jika berhasil mencapai ambang batas, kali pertama PSI dapat menduduki kursi DPR RI di Senayan.

Terkait hal ini, Grace optimis bahwa partainya dapat mencapai ambang batas parlemen.

“Apalagi, hingga saat ini masih lebih dari 70 juta suara belum dihitung dan sebagian besar berada di basis-basis pendukung Jokowi, tempat PSI mempunyai potensi dukungan yang kuat,” kata mantan ketua umum PSI itu. (ant)

Halaman Selanjutnya

“Hal tersebut bisa dilihat bagaimana KPU melakukan rekapitulasi perolehan suara luar negeri kemarin yang berlangsung hari Rabu 28 Februari sampai Senin 4 Maret. Kan, dilakukan secara manual,” ucapnya.

Halaman Selanjutnya