Polusi Udara di Jakarta 2023 Semakin Parah, Berkembang ke Isu Calon Presiden

by -137 Views

Polusi Udara di Jakarta Semakin Memprihatinkan: Ancam Kesehatan Masyarakat

Polusi udara di Kota Jakarta semakin hari kian memprihatinkan. Pencemaran udara telah merenggut hak ekologis warga Jakarta untuk menghirup udara bersih dan lingkungan yang sehat. Warga dipaksa hidup berdampingan dengan polusi udara yang mengancam kesehatan dan masa depan anak-anak.

Publik figur ramai-ramai menyoroti buruknya kualitas udara Jakarta setahun belakangan ini. Potret langit Jakarta disandingkan dari waktu ke waktu. Sebelum dan saat pandemi rentang 2020-2022, dan tahun 2023. Langit biru Jakarta berubah putih keabu-abuan. Sepanjang tahun 2023, tingkat polusi Jakarta terus memburuk. Walaupun angkanya fluktuatif, tapi rata-rata indeks standar pencemaran udara (ISPU) Jakarta menunjukkan kategori tidak sehat. Bahkan, standar terbaru Badan Kesehatan Dunia (WHO) masuk dalam kategori sangat berbahaya bagi kesehatan.

WHO menetapkan batas aman jika rata-rata nilai partikel berukuran 2,5 mikrogram atau partikulat meter (PM) 2,5 per 24 jam yakni 15 mikrogram per meter kubik (ug/m3). Sementara pantauan tingkat pencemaran udara di Jabodetabek pada April-Juli 2023 rata-rata PM 2,5 per 24 jam di atas 50 mikrogram per meter kubik.

Berdasarkan data Indeks Kualitas Udara (AQI) Air, Jakarta pernah menempati posisi teratas daftar kota dengan tingkat polusi terburuk pada Senin, 7 Agustus 2023. Indeks kualitas polusi udara Jakarta mencapai angka 186 alias masuk kategori tidak sehat.

Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Sigit Reliantoro, kualitas udara buruk disebabkan oleh musim kemarau atau El Nino. Secara siklus, bulan Juni, Juli, dan Agustus merupakan periode peningkatan pencemaran udara karena dipengaruhi oleh udara dari timur yang kering. Dari segi bahan bakar, transportasi menjadi penyumbang utama polusi udara di Jakarta. Disusul oleh industri, energi manufaktur, perumahan, dan komersial.

Presiden Joko Widodo menyadari masalah polusi udara di kota-kota besar, seperti Jakarta, merupakan masalah pelik. Butuh usaha bersama semua pihak mengendalikan polusi udara. Pemerintah telah melakukan upaya modifikasi cuaca serta menggiatkan penanaman pohon di lingkungan perkantoran guna menurunkan polusi udara.

Pemerintah juga mengkaji pemberlakuan aturan bekerja dari rumah bagi Aparatur Sipil Negara (ASN), meningkatkan pengawasan terhadap pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap, dan melaksanakan uji emisi pada kendaraan bermotor.

Pemerintah juga mempersiapkan Luhut Binsar Pandjaitan sebagai koordinator atau pemimpin penanganan polusi udara di DKI Jakarta dan sekitarnya. Langkah-langkah yang akan diambil antara lain adalah meningkatkan standar emisi PLTU, mengurangi penggunaan PLTU batu bara, dan mendorong penggunaan transportasi publik.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga melakukan sejumlah upaya untuk pengendalian polusi udara di dalam kota. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melakukan uji emisi, penanaman pohon, dan mendorong pemakaian kendaraan listrik. Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga menerapkan water mist di gedung-gedung tinggi.

Isu penanganan polusi udara Jakarta ini rupanya jadi topik yang disinggung dalam debat perdana Pilpres 2024. Salah satu calon presiden (capres) bahkan menjadikan isu polusi udara Jakarta sebagai ‘senjata’ menjatuhkan lawan. Dalam sesi tanya jawab, capres nomor urut 02 Prabowo Subianto bertanya ke capres nomor urut 1 Anies Baswedan yang juga mantan Gubernur DKI Jakarta terkait indeks pencemaran udara atau polusi udara di Jakarta tertinggi di dunia. Anies menjawab pertanyaan Prabowo dengan menjelaskan bahwa persoalan polusi udara Jakarta tidak seluruhnya bersumber dari dalam kota Jakarta. Anies menyebut polutan muncul dari pembangkit listrik tenaga uap di Lampung yang terbawa angin ke Jakarta. Sementara Jakarta memiliki alat pengendali polusi udara.