Partai Buruh Inggris Meminta Pemimpinnya Memutuskan Hubungan dengan Dubes Israel

by -126 Views

London – Partai Buruh Inggris, meminta pemimpin partainya, Keir Starmer memutus hubungan dengan duta besar Israel untuk Inggris. Hal itu terjadi setelah dubes tersebut menolak solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina.

Sebagaimana diketahui, solusi tersebut termasuk mengakui hak warga Gaza dan mengakui kemerdekaan Palestina. Jaringan Buruh Muslim (LMN), sebuah organisasi inklusif yang berupaya untuk mempromosikan keterlibatan Muslim Inggris dengan Partai Buruh, mendesak Starmer untuk memastikan tidak ada keterlibatan lebih lanjut dengan Tzipi Hotovely.

Dalam sebuah wawancara dengan Sky News pekan lalu, utusan Israel mengesampingkan kemungkinan solusi dua negara. “Menolak hak Palestina untuk hidup sebagai negara merdeka bukan hanya sebuah posisi ekstremis, tapi juga sepenuhnya bertentangan dengan konsensus internasional,” kata LMN dalam sebuah pernyataan, pada Selasa, 19 Desember 2023.

Mereka juga mengingatkan bahwa hak untuk menentukan nasib sendiri bagi rakyat Palestina adalah hal yang sangat penting bagi negara itu. Pernyataan tersebut juga menekankan bahwa penolakan terhadap hak warga Palestina dan jutaan umat Islam juga jelas merupakan tindakan Islamofobia.

“Dengan alasan bahwa duta besar tersebut bukan mitra dalam perdamaian, kelompok itu menegaskan bahwa setiap perwakilan Partai Buruh yang berbagi keterlibatan dengan Hotovely, akan dinilai melanggar kode etik dan menerapkan Islamofobia. Starmer dan tokoh-tokoh lain dari bangku depan partai telah bertemu Hotovely dalam beberapa kesempatan selama ini.

Dalam wawancara terpisah dengan Sky News pada bulan Oktober, Hotovely tidak mengakui adanya krisis kemanusiaan di Gaza, dan mengatakan bahwa Israel tidak melakukan pengeboman terhadap warga sipil di wilayah Palestina. Pemboman Israel di Jalur Gaza, sebagai respons terhadap serangan lintas batas oleh Hamas, pada 7 Oktober 2023, dan telah menewaskan lebih dari 19.600 warga Palestina. Serangan itu juga membuat sebagian besar dari 2,2 juta penduduk Gaza, kekurangan kebutuhan dasar seperti makanan, air dan obat-obatan.