Prabowo Subianto berbagi pengalamannya saat pertama kali bertemu dengan Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution ketika masih menjadi taruna di AKABRI, di Magelang. Pertemuan tersebut terjadi ketika Nasution memberikan ceramah di Magelang, tempat di mana Subianto sering mengunjungi rumah keluarga Sajiman, sahabat dekat Nasution. Melalui pertemuan-pertemuan tersebut, Subianto mulai mengenal perjuangan Nasution sebagai salah satu pendiri TNI dan Panglima Komando Jawa di bawah Panglima Besar Jenderal Soedirman.
Nasution dikenal memiliki kebijakan dan pemikiran yang memengaruhi TNI hingga saat ini. Sebagai contoh, keputusan untuk membentuk Korps Baret Merah, yang pada awalnya bernama Korps Komando Angkatan Darat, adalah dari KASAD yang saat itu dijabat oleh Nasution.
Dari Nasution, Subianto belajar bahwa seorang jenderal harus menguasai profesinya, memiliki keahlian, kecerdasan, dan IQ tinggi. Sifat-sifat seperti kejujuran, bersahaja, dan bebas dari korupsi juga menginspirasi Subianto.
Meskipun Nasution tidak lagi aktif dalam jabatannya, dia tetap berkarya dan menulis buku “Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia” yang terdiri dari 11 jilid. Subianto menilai buku tersebut seharusnya menjadi bacaan wajib bagi semua taruna di AKMIL, UNHAN, dan lembaga pendidikan TNI lainnya.
Subianto juga mengungkapkan bahwa meskipun mendapat kritik dan tuduhan karena memelihara hubungan baik dengan Nasution, itu tidak mengubah sikapnya untuk tetap menghormati dan menjaga silaturahmi dengan tokoh-tokoh seperti Nasution, HR Darsono, dan Kemal Idris. Baginya, menjaga silaturahmi dengan tokoh-tokoh yang dianggap berjasa kepada tentara, bangsa, dan negara adalah suatu bentuk kemanusiaan yang penting.
Saat Nasution sakit, Subianto merasa terharu ketika beliau yang ditanya oleh Nasution. Namun, saat Nasution kembali sakit dan Subianto berada di luar negeri, kesulitan dalam transportasi membuatnya sulit untuk kembali ke Tanah Air untuk menjenguk Nasution. Ketika Subianto akhirnya kembali, Nasution sudah meninggal, meninggalkan perasaan kehilangan bagi Subianto sebagai seorang guru, panglima, dan pemimpin yang patut diteladani.