Trisakti dan Ketahanan Pangan Berbasis Kearifan Lokal

by -78 Views

Ketahanan Pangan: Sebuah Pandangan Baru

Topik ketahanan pangan selalu menjadi sorotan sejak kepemimpinan Presiden Soekarno hingga saat ini. Bahkan, Presiden Sukarno pernah menekankan betapa pentingnya pangan bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Hal ini menjadi pembahasan serius karena ketersediaan pangan mempengaruhi kehidupan rakyat pada umumnya.

Ketahanan Pangan merupakan konsep yang memiliki dimensi yang kompleks. Badan Pangan Dunia (FAO) mendefinisikan ketahanan pangan sebagai keberadaan akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi bagi semua orang, kapan saja. Hal ini penting demi menjaga kehidupan yang sehat dan aktif.

Pemerintah Indonesia juga telah memberikan definisi mengenai ketahanan pangan melalui Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan. Dalam undang-undang tersebut, ketahanan pangan diartikan sebagai terpenuhinya kebutuhan pangan mulai dari negara hingga individu. Ini tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau.

Keempat dimensi Ketahanan Pangan, yaitu Ketersediaan, Akses, Pemanfaatan, dan Stabilitas sangat diperlukan untuk menjaga kestabilan pangan dalam suatu negara.

Andy Utama, pendiri Arista Montana Organic Farm, mengajukan pertanyaan penting terkait dengan pangan dan semangat Trisakti. Apakah kita memiliki kedaulatan pangan? Apakah kita mampu mandiri dalam hal pangan? Dan apakah kita memiliki identitas yang kuat dalam budaya pangan?

Data mengenai konsumsi gandum, kedelai, dan beras di Indonesia menunjukkan bahwa negara ini sangat bergantung pada impor pangan dari luar. Hal ini mencerminkan bahwa Indonesia belum dapat disebut sebagai negara agraris yang memiliki kedaulatan pangan yang memadai.

Pada era Orde Baru, Indonesia sempat dianggap mampu mencapai swasembada pangan pada tahun 1984, meskipun hanya terbatas pada komoditas beras. Namun, dengan munculnya Revolusi Hijau, petani terpaksa tergantung pada pupuk kimia, pestisida kimia, dan benih padi hibrida. Hal ini mengakibatkan berbagai masalah seperti hilangnya keberagaman varietas lokal, menurunnya kualitas lahan pertanian, dan kehilangan kearifan lokal dalam budaya pertanian.

Ketahanan Pangan berbasis kearifan lokal menjadi solusi yang layak untuk dipertimbangkan. Komunitas Baduy di Jawa Barat dan Desa Tenganan Pegringsingan di Karangasem Bali merupakan contoh nyata dari bagaimana kearifan lokal mendukung ketahanan pangan selama berabad-abad. Mereka memiliki sistem pertanian dan penyimpanan padi yang berkelanjutan, serta menjaga keseimbangan alam dengan cermat.

Dalam perspektif masyarakat adat nusantara, terdapat banyak contoh peradaban yang mendukung ketahanan pangan. Dengan melakukan rekonstruksi dan adaptasi kearifan lokal tersebut, kita dapat menciptakan sistem ketahanan pangan yang berkelanjutan tanpa merusak alam.

Melalui inisiatif Arista Montana Organic Farm, kita dapat belajar dari kearifan lokal masyarakat Baduy dalam membangun lumbung padi. Mulailah dari hal-hal kecil namun berdampak besar, dan biarkan hati terbuka pada kearifan lokal untuk menciptakan ketahanan pangan yang sejati dan berkelanjutan.

Sumber: Ketahanan Pangan, Trisakti, Dan Kearifan Masyarakat Adat
Sumber: Ketahanan Pangan, Trisakti, Dan Kearifan Masyarakat Adat