Senin, 5 Februari 2024 – 11:38 WIB
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa perekonomian Indonesia pada kuartal IV-2023 tumbuh sebanyak 5,04 persen secara year on year (yoy). Angka ini meningkat dibandingkan dengan kuartal III-2023 yang hanya sebesar 4,94 persen yoy.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyatakan bahwa berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB), ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2023 atas dasar harga berlaku sebesar Rp 5.302,5 triliun, dan atas dasar harga konstan sebesar Rp 3.139,1 triliun.
“Sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2023 bila dibandingkan dengan kuartal III-2023 atau secara qtq tumbuh 0,45 persen. Bila dibandingkan kuartal IV-2022 atau secara yoy ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,04 persen,” ujar Amalia dalam konferensi pers Senin, 5 Februari 2024.
Amalia menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia ini menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia tetap solid meskipun harga ekspor unggulan mengalami penurunan.
“Di tengah melambatnya perekonomian global dan menurunnya harga ekspor unggulan, ekonomi Indonesia tahun 2023 tetap tumbuh solid sebesar 5,05 persen,” imbuhnya.
Sebelumnya, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky memproyeksikan bahwa ekonomi RI pada kuartal IV-2023 berkisar pada angka 5,02 persen hingga 5,06 persen. Pertumbuhan ini didorong oleh musim liburan akhir tahun, atau Natal dan Tahun Baru (Nataru).
“Kami memperkirakan PDB akan tumbuh sebesar 5,04 persen yoy pada kuartal IV-2023, kembali ke pertumbuhan di kisaran 5 persen. Didorong oleh musim liburan akhir tahun membuat estimasi untuk keseluruhan tahun 2023 sebesar 5,05 persen,” ujar Riefky dalam laporannya Senin, 5 Februari 2024.
Riefky menilai, Indonesia sangat membutuhkan sumber pertumbuhan baru. Sebab saat ini kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat bergantung pada siklus bisnis dan harga komoditas.
Sehingga jelas Riefky, saat harga komoditas melemah dan berlalunya musim liburan, ekonomi RI pada kuartal III-2023 hanya tumbuh sebesar 4,94 persen yoy, dan tercatat sebagai pertumbuhan triwulanan terendah sejak kuartal IV-2016 atau tidak termasuk periode COVID-19 tahun 2020 dan 2021.
“Selain itu, Indonesia mempunyai cita-cita untuk menjadi negara maju yang masyarakatnya berpendapatan tinggi pada tahun 2045 dan hal ini memerlukan pertumbuhan ekonomi yang jauh melampaui tingkat saat ini,” jelasnya.
Riefky melanjutkan, memasuki tahun 2024, terdapat risiko global yang lebih tinggi. Hal ini melalui harga komoditas, kenaikan biaya logistik, serta melemahnya permintaan global dan pertumbuhan ekonomi mitra dagang, yang mana dapat menimbulkan beberapa risiko pertumbuhan bagi Indonesia.
Namun terang Riefky, perekonomian Indonesia dapat tumbuh didukung oleh konsumsi dan belanja terkait Pemilihan Umum (Pemilu). BI juga diperkirakan memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga, sehingga berpotensi meningkatkan aktivitas perekonomian lebih lanjut.
“Oleh karena itu, kami mempertahankan pandangan kami sebelumnya bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 5,0 persen yoy pada tahun 2024,” imbuhnya.