Pilihan dan Perjuangan Kita Yang Tidak Mudah

by -136 Views

Selama 20 tahun terakhir dalam perjalanan politik saya, saya telah menyampaikan pesan yang serupa dengan isi buku ini. Selama perjalanan saya, saya seringkali dihadapkan pada upaya lawan untuk mendiskreditkan saya. Saya digambarkan sebagai sosok yang haus akan kekuasaan, yang nafsu berkuasa, dan dianggap menggunakan kekerasan dan kejam. Namun, saya telah membuktikan bahwa saya selalu mengutamakan jalan damai. Sebagai seorang mantan prajurit yang pernah menyaksikan perang dan korban-korban perang, saya selalu mementingkan perdamaian.

Saya juga pernah difitnah sebagai orang yang ingin menutup semua gereja di Republik Indonesia, padahal sebagian besar keluarga saya adalah orang Kristen. Bahkan di lingkungan saya, banyak yang beragama Nasrani. Sebagai seorang mantan prajurit TNI, saya telah bersumpah untuk membela seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang suku, agama, ras. Saya telah mengorbankan banyak nyawa dan anak buah saya dari berbagai suku dan agama di medan perang.

Saya juga telah difitnah sebagai anti etnis Tionghoa, padahal saya selalu membela semua kelompok minoritas. Fitnah-fitnah ini adalah bagian dari politik yang keji. Saya selalu mengajak para pendukung saya untuk tetap sabar dan bertindak secara arif. Saya mendorong mereka untuk tidak balas dendam, tidak merespon kejahatan dengan kejahatan, dan tidak membalas fitnah dengan fitnah. Saya minta mereka untuk siap mental, siap tenaga, dan siap napas.

Saya mengajak pembaca buku ini untuk merenungkan pendapat, sikap, dan jawaban mereka. Saya bertanya, apakah kita akan bersama-sama membela kebenaran atau menyerah kepada ketidakbenaran, kecurangan, dan kezaliman? Saya mengajak mereka untuk mengambil langkah-langkah untuk menghadapi masa depan.

Saya telah memilih untuk berjuang secara konstitusional dan tidak mau menyerah kepada keadaan yang tidak benar dan tidak adil. Saya yakin ada campur tangan asing dalam kondisi Indonesia sekarang, tetapi kita harus tetap tenang dan percaya pada kekuatan kita sendiri.

Pada dasarnya, saya meminta dukungan riil dan konkret. Saya percaya bahwa kaum intelektual bangsa Indonesia harus menjadi kekuatan yang menentukan, kekuatan yang damai, dan kekuatan yang tidak akan membiarkan ketidakadilan terus berjalan di Republik Indonesia. Saya yakin bahwa kita harus bersatu dan bekerja bersama dengan akal yang baik untuk sukseskan demokrasi kita.

Kita tidak boleh diam saat negara kita dalam kondisi yang rentan. Kita harus waspada, saling mengingatkan, saling mendukung, dan menjaga kebersamaan. Sebagai bangsa yang besar, kita harus menunjukkan bahwa rakyat Indonesia masih memiliki cita-cita yang luhur, harga diri, dan tidak akan mau menjadi budak.

Saya mengajak pembaca untuk berkata yang benar dan mengakui yang salah. Jika kita menilai ada hal yang perlu diubah, maka kita harus bertindak. Saya butuh dukungan dari semua pihak, dan saya percaya bahwa bersatu kita dapat mencapai perubahan yang baik.